Sore itu,
seorang anak perempuan diajak ayahnya jalan-jalan. Dengan mengendarai motor
bersama istrinya, mereka hendak ke pasar malam. Setibanya disana, tempat itu
telah ramai oleh pedagang dan pengunjung. Para pedagang menjual barang yang
berlainan, ada warung makanan, ada juga gerobak yang khusus jual minuman saja.
Selain itu, tersedia pakaian sampai perlengkapan dapur. Tapi, ketika melewati
penjual mainan, sang anak langsung mengarahkan jari telunjuknya ke salah satu mainan
sambil berteriak,” Ayah mauuu, ayah mauuu.” Lalu rem motor diinjaknya dan
berhenti tepat didepan pedagang itu. Si
anak langsung bergegas turun untuk mendekati mainan yang diincarnya. Karena
rasa sayang, sang ayah pun membelikannya. Raut wajah anak itu berubah gembira,
ketika mainan itu berhasil digenggamnya lalu dia berkata,”asyiiik punyaa,
asyiiik punyaa.” Perasaan senangnya itu karena keinginannya terwujud.
Mainan itu barulah secuil keinginan anak, belum lagi kemauan istri, dan barangkali anda sendiri. Manusia pasti punya keinginan, ingin punya yang itu dan yang ini. Hal itu, rasanya wajar sebagai makhluk berakal. Kemauan dapat memberikan motivasi seseorang bekerja mencari rizki yang halal. Tapi bagaimana bila sudah kerja banting tulang kesana-kemari. Ternyata hasilnya tak mampu merealisasikan kehendak keluarga atau diri sendiri.
Disinilah
manusia mesti bersyukur atas apa yang sudah diperolehnya. Apalagi bila usahanya
itu didapat dengan cara halal. Sebab, belum tentu Allah SWT memberikan nikmat
itu kepada orang lain. Bisa jadi orang lain pendapatannya dibawah dia. Dan
Allah berjanji kepada siapa saja yang bersyukur atas nikmat-Nya. Maka pasti
nikmatnya akan ditambahkan lagi. Hal itu dijelaskan dalam firman Allah SWT,
“ Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (Q.S. Ibrahim: 7)”
Lagi pula, bila
menuruti nafsu, keinginan itu ibarat memandang langit tinggi di angkasa yang
tiada batas ujungnya. Begitulah gambaran keinginan yang tak akan ada
habis-habisnya. Setelah keinginan satu terwujud, akan muncul keinginan
berikutnya, begitu sampai seterusnya. Umpamanya, seseorang yang masih lajang
tapi belum beristri jadi galau ingin ijab kabul. Ketika ia sudah nikah tapi
belum dikaruniai buah hati jadi resah ingin punya momongan. Disaat sudah beranak banyak tapi belum berpoligami
jadi iri ingin berbagi cinta. Namun, meskipun sudah punya empat bini pasti akan
ada keinginan lainya yang menanti. Bahkan bila manusia sudah memiliki sebongkah
emas. Dia akan mencari kepingan emas lainya. Hal itu senada dengan bunyi
hadits,
“ Seandainya seseorang mempunyai satu lembah
emas, niscaya dia ingin mempunyai dua lembah, dan tidak akan merasa puas
kecuali jika tanah sudah memenuhi mulutnya dan Allah senantiasa menerima taubat
orang yang bertaubat (HR Bukhari Muslim)”
Bayangkan,
satu lembah emas, itu lebih besar dari emas yang menempel di Monas. Barangkali
berat satu lembah emas bukan kiloan lagi melainkan berton-ton. Tapi meskipun
demikian, dia tak akan merasa puas, itulah sifat manusia. Walaupun emas sudah
menumpuk, ia tetap akan berusaha mencari-cari kepingan emas lain yang masih
tependam di perut bumi. Kepuasannya akan sirna ketika dia mati terkubur didalam
tanah. Tapi pintu taubat selalu dibuka. Karena orang yang dipenuhi keinginan
kuat dan tak bisa ditahan, ia akan cenderung menghalalkan segala macam cara untuk
menggapai keinginannya dan ia cenderung mengabaikan rasa syukur. Oleh karena
itu, jika dia mau bertaubat, Allah pasti menerimanya.
Sekarang ini,
keinginan sering dirangsang oleh iklan-iklan yang tersebar diberbagai media
cetak seperti koran, majalah, tabloid, dan sebagainya. Dan pada media
elektroknik seperti TV, Radio, Internet.
Iklan itu ditayangkan atau dimuat berulang-ulang supaya konsumen tertarik pada
produk yang mereka pasarkan. Iklan itu diproduksi semenarik mungkin. Dan dibuat
berdasarkan segmennya masing-masing. Hal itu agar masyarakat tersugesti untuk
membelinya. Pengaruh iklan pun terbukti, misalnya ketika mayarakat belanja
sabun atau shampo di swalayan, dia akan cenderung mencari produk yang iklannya
lebih meyakinkan hati. Tentu masyarakat akan membeli sabun yang sesuai dengan
kulitnya, begitu juga dengan shampo yang dipilih berdasarkan jenis rambutnya. Si
anak pun yang ikut menemani ibunya, ia akan mengambil susu kemasan yang sering
dilihat iklannya. Meskipun ditawari susu kemasan merk lain. Tentu si anak akan
menolaknya dan tetap konsisten atas pilihannya. Selain itu, produk paling
banyak dibeli tentu yang terjangkau dengan saku.
Dalam masalah
pembayaran, untuk memiliki produk tertentu cenderung dipermudah agar dapat
dijangkau masyarakat luas. Bila pembeli tak punya uang tunai. Maka pelunasannya
bisa dikredit. Jangka waktu cicilannya pun beragam tapi memang ada standar
patokan minimalnya. Cara kredit ini, banyak diminati masyarakat. Bahkan ada
orang yang isi rumahnya itu dipenuhi hasil cicilan perbulan, mulai dari tempat
tidur, LCD TV, kulkas, lemari, pakaian, kompor gas, sepeda, motor, notebook,
dispenser, hanphone, wajan, dan lain sebagainya. Bahkan rumahnya saja kreditan.
Memang masyarakat dimanjakan dengan cicilan relatif terjangkau. Dan mungkin
saja, bila kreditnya telah lunas, ia akan coba ambil cicilan yang baru.
Tapi syukuri
apa yang ada. Itu lebih baik. Dengan begitu, nikmat begitu terasa. tengoklah
orang yang ekonominya lebih rendah. Itu dapat meningkatkan rasa syukur pada
Allah SWT. Rasulullah melarang umatnya selalu mengukur ke atas. Selalu
membanding-bandingkan harta bendanya dengan orang yang ekonominya diatas. Dalam hal itu, Beliau bersabda,”
“ Lihatlah orang yang (keadaannya) di bawah
kamu, dan jangan kamu lihat orang yang di atas kamu, karena yang demikian,
lebih patut (menyebabkan) bahwa kamu tidak menganggap ringan nikmat Allah
kepada kamu (HR Muttafaq ‘alaihi)”
Bersyukur
bukan berarti jika melihat penghasilan yang lebih rendah dapat mengekang
seseorang untuk meraih sukses di dunia. Tapi perintah syukur bertujuan agar
manusia tidak meremehkan sedikit pun pemberian Allah SWT. Apa pun yang ada, dia
terima dengan rasa syukur. Andaikan dia tak merendahkan nikmat, Ia pun bisa
mengejar hasratnya bahkan sampai ke bulan sekalipun.
Selain
bersyukur, manusia dituntut bersabar. Sabar berarti menahan diri. Dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, adakalanya manusia dilanda rasa gelisah atau
cemas. Keresahan yang tak terbendung bisa meningkatkan amarah seseorang. Lalu
ditambah lidah yang mengucapkan kata-kata kotor, keluh kesah, mengumpat,
mencela dan sebagainya . Bukan hanya itu saja, bila emosi memuncak, tangan pun
bisa memukul dan kaki menendang. Tapi dengan sabar, rasa gelisah, cemas,
amarah, keluh kesah, dan berbuat aniaya bisa teratasi. Berkaitan dengan sabar,
Allah SWT berfirman,
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusu (QS Albaqarah: 45)”
Sabar itu ada
tiga macam. Pertama, sabar dalam menaati Allah SWT. Mempertahankan ketaatan itu
berat dan sulit. Karena harus melawan rasa lelah dan capek. Belum lagi godaan
dari kanan kiri. Yang kedua, sabar menjauhi larangan Allah. Manusia itu punya
kecendrungan melakukan perbuatan tercela dan maksiat makanya dia harus mampu
menahan diri dari perilaku seperti berbohong, menipu, korupsi, mencuri, berzina,
dan lain sebagainya. Terakhir yang ketiga, sabar atas Takdir Allah yang tidak
disukai. Takdir itu ada yang disukai dan juga ada yang tidak disenangi. Bagi
takdir yang tidak disukai seperti ‘kenyataan tak sesuai dengan keinginan’. Dia
harus mampu menahan diri dari perbuatan yang diharamkan. Dalam kesabaran pasti akan ada kesulitan dari
jiwa maupun raga. Karena itu dibutuhkan kesabaran yang kuat. Allah SWT
berfirman,
“ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah
kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan
negerimu) dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu beruntung (QS Ali
Imran : 200) “
Sabar bisa menahan
target yang belum tercapai. Sebab bila keinginan itu terus diikuti tetapi kemampuan
tidak ada. Dia pasti akan terjerumus ke dalam lembah dosa. Misalkan, ada
manusia yang ingin memperoleh harta berlimpah tapi secara instan, lalu mereka melakukan kejahatan dengan cara berani menggelapkan uang yang
bukan haknya. Lihat saja para koruptor, ternyata mereka bukanlah rakyat miskin
yang dikategorikan oleh BPS (Badan Pusat Statistik). Bahkan mayoritas mereka
adalah orang-orang yang dipandang kaya. Meskipun kaya, tapi mereka rakus dan
tamak, mereka gelap mata, hingga tega melakukan korupsi.
Itulah, kenapa
sabar dibutuhkan manusia. Karena sabar dapat mencegah mereka jadi perampok,
pencuri, bahkan pembunuh. Seyogianya, sabar dan syukur bisa menghiasi akhlak
kaum muslimin. Nabi Muhammad saw bersabda,
“ Sangat menakjubkan bagi orang Mukmin, karena
segala urusannya adalah sangat baik baginya, dan itu hanya terjadi pada orang
yang beriman. Apabila mendapatkan kesenangan dia bersyukur, maka yang demikian
itu sangat baik, sangat baik bagi dirinya, dan apabila ia ditimpa kesusahan dia
sabar, maka yang demikian itu sangat baik baginya (HR Muslim) “
Itulah gambaran seorang mukmin yang bila
dihadapkan dengan qadha dan qadar Allah akan mengalami dua hal yaitu rasa
senang yang disyukuri, dan rasa sedih yang diatasi dengan sabar. Dengan
demikian, hidup jadi tenang dan diridhai Allah SWT.
Rijal Arham, S.Sos.I
Guru MI Ar-Ridha Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar