Laman

Selasa, 07 Agustus 2012

SYUKUR DAN SABAR


Sore itu, seorang anak perempuan diajak ayahnya jalan-jalan. Dengan mengendarai motor bersama istrinya, mereka hendak ke pasar malam. Setibanya disana, tempat itu telah ramai oleh pedagang dan pengunjung. Para pedagang menjual barang yang berlainan, ada warung makanan, ada juga gerobak yang khusus jual minuman saja. Selain itu, tersedia pakaian sampai perlengkapan dapur. Tapi, ketika melewati penjual mainan, sang anak langsung mengarahkan jari telunjuknya ke salah satu mainan sambil berteriak,” Ayah mauuu, ayah mauuu.” Lalu rem motor diinjaknya dan berhenti tepat didepan pedagang itu.  Si anak langsung bergegas turun untuk mendekati mainan yang diincarnya. Karena rasa sayang, sang ayah pun membelikannya. Raut wajah anak itu berubah gembira, ketika mainan itu berhasil digenggamnya lalu dia berkata,”asyiiik punyaa, asyiiik punyaa.” Perasaan senangnya itu karena keinginannya terwujud.

Mainan itu barulah secuil keinginan anak, belum lagi kemauan istri, dan barangkali anda sendiri. Manusia pasti punya keinginan, ingin punya yang itu dan yang ini. Hal itu, rasanya wajar sebagai makhluk berakal. Kemauan dapat memberikan motivasi seseorang bekerja mencari rizki yang halal. Tapi bagaimana bila sudah kerja banting tulang kesana-kemari. Ternyata hasilnya tak mampu merealisasikan kehendak keluarga atau diri sendiri.
Disinilah manusia mesti bersyukur atas apa yang sudah diperolehnya. Apalagi bila usahanya itu didapat dengan cara halal. Sebab, belum tentu Allah SWT memberikan nikmat itu kepada orang lain. Bisa jadi orang lain pendapatannya dibawah dia. Dan Allah berjanji kepada siapa saja yang bersyukur atas nikmat-Nya. Maka pasti nikmatnya akan ditambahkan lagi. Hal itu dijelaskan dalam firman Allah SWT,

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (Q.S. Ibrahim: 7)”

Lagi pula, bila menuruti nafsu, keinginan itu ibarat memandang langit tinggi di angkasa yang tiada batas ujungnya. Begitulah gambaran keinginan yang tak akan ada habis-habisnya. Setelah keinginan satu terwujud, akan muncul keinginan berikutnya, begitu sampai seterusnya. Umpamanya, seseorang yang masih lajang tapi belum beristri jadi galau ingin ijab kabul. Ketika ia sudah nikah tapi belum dikaruniai buah hati jadi resah ingin punya momongan. Disaat  sudah beranak banyak tapi belum berpoligami jadi iri ingin berbagi cinta. Namun, meskipun sudah punya empat bini pasti akan ada keinginan lainya yang menanti. Bahkan bila manusia sudah memiliki sebongkah emas. Dia akan mencari kepingan emas lainya. Hal itu senada dengan bunyi hadits,

Seandainya seseorang mempunyai satu lembah emas, niscaya dia ingin mempunyai dua lembah, dan tidak akan merasa puas kecuali jika tanah sudah memenuhi mulutnya dan Allah senantiasa menerima taubat orang yang bertaubat (HR Bukhari Muslim)”

Bayangkan, satu lembah emas, itu lebih besar dari emas yang menempel di Monas. Barangkali berat satu lembah emas bukan kiloan lagi melainkan berton-ton. Tapi meskipun demikian, dia tak akan merasa puas, itulah sifat manusia. Walaupun emas sudah menumpuk, ia tetap akan berusaha mencari-cari kepingan emas lain yang masih tependam di perut bumi. Kepuasannya akan sirna ketika dia mati terkubur didalam tanah. Tapi pintu taubat selalu dibuka. Karena orang yang dipenuhi keinginan kuat dan tak bisa ditahan, ia akan cenderung menghalalkan segala macam cara untuk menggapai keinginannya dan ia cenderung mengabaikan rasa syukur. Oleh karena itu, jika dia mau bertaubat, Allah pasti menerimanya.
Sekarang ini, keinginan sering dirangsang oleh iklan-iklan yang tersebar diberbagai media cetak seperti koran, majalah, tabloid, dan sebagainya. Dan pada media elektroknik seperti TV, Radio,  Internet. Iklan itu ditayangkan atau dimuat berulang-ulang supaya konsumen tertarik pada produk yang mereka pasarkan. Iklan itu diproduksi semenarik mungkin. Dan dibuat berdasarkan segmennya masing-masing. Hal itu agar masyarakat tersugesti untuk membelinya. Pengaruh iklan pun terbukti, misalnya ketika mayarakat belanja sabun atau shampo di swalayan, dia akan cenderung mencari produk yang iklannya lebih meyakinkan hati. Tentu masyarakat akan membeli sabun yang sesuai dengan kulitnya, begitu juga dengan shampo yang dipilih berdasarkan jenis rambutnya. Si anak pun yang ikut menemani ibunya, ia akan mengambil susu kemasan yang sering dilihat iklannya. Meskipun ditawari susu kemasan merk lain. Tentu si anak akan menolaknya dan tetap konsisten atas pilihannya. Selain itu, produk paling banyak dibeli tentu yang terjangkau dengan saku.
Dalam masalah pembayaran, untuk memiliki produk tertentu cenderung dipermudah agar dapat dijangkau masyarakat luas. Bila pembeli tak punya uang tunai. Maka pelunasannya bisa dikredit. Jangka waktu cicilannya pun beragam tapi memang ada standar patokan minimalnya. Cara kredit ini, banyak diminati masyarakat. Bahkan ada orang yang isi rumahnya itu dipenuhi hasil cicilan perbulan, mulai dari tempat tidur, LCD TV, kulkas, lemari, pakaian, kompor gas, sepeda, motor, notebook, dispenser, hanphone, wajan, dan lain sebagainya. Bahkan rumahnya saja kreditan. Memang masyarakat dimanjakan dengan cicilan relatif terjangkau. Dan mungkin saja, bila kreditnya telah lunas, ia akan coba ambil cicilan yang baru.
Tapi syukuri apa yang ada. Itu lebih baik. Dengan begitu, nikmat begitu terasa. tengoklah orang yang ekonominya lebih rendah. Itu dapat meningkatkan rasa syukur pada Allah SWT. Rasulullah melarang umatnya selalu mengukur ke atas. Selalu membanding-bandingkan harta bendanya dengan orang yang ekonominya diatas.  Dalam hal itu, Beliau bersabda,”

Lihatlah orang yang (keadaannya) di bawah kamu, dan jangan kamu lihat orang yang di atas kamu, karena yang demikian, lebih patut (menyebabkan) bahwa kamu tidak menganggap ringan nikmat Allah kepada kamu (HR Muttafaq ‘alaihi)”

Bersyukur bukan berarti jika melihat penghasilan yang lebih rendah dapat mengekang seseorang untuk meraih sukses di dunia. Tapi perintah syukur bertujuan agar manusia tidak meremehkan sedikit pun pemberian Allah SWT. Apa pun yang ada, dia terima dengan rasa syukur. Andaikan dia tak merendahkan nikmat, Ia pun bisa mengejar hasratnya bahkan sampai ke bulan sekalipun.
Selain bersyukur, manusia dituntut bersabar. Sabar berarti menahan diri. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, adakalanya manusia dilanda rasa gelisah atau cemas. Keresahan yang tak terbendung  bisa meningkatkan amarah seseorang. Lalu ditambah lidah yang mengucapkan kata-kata kotor, keluh kesah, mengumpat, mencela dan sebagainya . Bukan hanya itu saja, bila emosi memuncak, tangan pun bisa memukul dan kaki menendang. Tapi dengan sabar, rasa gelisah, cemas, amarah, keluh kesah, dan berbuat aniaya bisa teratasi. Berkaitan dengan sabar, Allah SWT berfirman,

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu (QS Albaqarah: 45)”

Sabar itu ada tiga macam. Pertama, sabar dalam menaati Allah SWT. Mempertahankan ketaatan itu berat dan sulit. Karena harus melawan rasa lelah dan capek. Belum lagi godaan dari kanan kiri. Yang kedua, sabar menjauhi larangan Allah. Manusia itu punya kecendrungan melakukan perbuatan tercela dan maksiat makanya dia harus mampu menahan diri dari perilaku seperti berbohong, menipu, korupsi, mencuri, berzina, dan lain sebagainya. Terakhir yang ketiga, sabar atas Takdir Allah yang tidak disukai. Takdir itu ada yang disukai dan juga ada yang tidak disenangi. Bagi takdir yang tidak disukai seperti ‘kenyataan tak sesuai dengan keinginan’. Dia harus mampu menahan diri dari perbuatan yang diharamkan.  Dalam kesabaran pasti akan ada kesulitan dari jiwa maupun raga. Karena itu dibutuhkan kesabaran yang kuat. Allah SWT berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu beruntung (QS Ali Imran : 200) “

Sabar bisa menahan target yang belum tercapai. Sebab bila keinginan itu terus diikuti tetapi kemampuan tidak ada. Dia pasti akan terjerumus ke dalam lembah dosa. Misalkan, ada manusia yang ingin memperoleh harta berlimpah tapi secara instan,  lalu mereka melakukan kejahatan  dengan cara berani menggelapkan uang yang bukan haknya. Lihat saja para koruptor, ternyata mereka bukanlah rakyat miskin yang dikategorikan oleh BPS (Badan Pusat Statistik). Bahkan mayoritas mereka adalah orang-orang yang dipandang kaya. Meskipun kaya, tapi mereka rakus dan tamak, mereka gelap mata, hingga tega melakukan korupsi.
Itulah, kenapa sabar dibutuhkan manusia. Karena sabar dapat mencegah mereka jadi perampok, pencuri, bahkan pembunuh. Seyogianya, sabar dan syukur bisa menghiasi akhlak kaum muslimin. Nabi Muhammad saw bersabda,

Sangat menakjubkan bagi orang Mukmin, karena segala urusannya adalah sangat baik baginya, dan itu hanya terjadi pada orang yang beriman. Apabila mendapatkan kesenangan dia bersyukur, maka yang demikian itu sangat baik, sangat baik bagi dirinya, dan apabila ia ditimpa kesusahan dia sabar, maka yang demikian itu sangat baik baginya (HR Muslim) “

 Itulah gambaran seorang mukmin yang bila dihadapkan dengan qadha dan qadar Allah akan mengalami dua hal yaitu rasa senang yang disyukuri, dan rasa sedih yang diatasi dengan sabar. Dengan demikian, hidup jadi tenang dan diridhai Allah SWT.

Rijal Arham, S.Sos.I
Guru MI Ar-Ridha Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar